a.burastabs, a.burastabs:link, a.burastabs:visited {display:block; width:102px; height:30px; background:#444444; border:1px solid #ebebeb; margin-top:2px; text-align:center; text-decoration:none; font-family:arial, sans-serif; font-size:12px; font-weight:bold;color:#FFFFFF; line-height:25px; overflow:hidden; float:left;} a.burastabs:hover {color:#FFFFFF; background:#666666;} #burasbar {width:auto; margin:0 auto;}

Jumat, 21 Oktober 2011

Makalah PAI


METODE DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A.    Pendahuluan
Di era modern sekarang, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat serta menyentuh pada semua aspek kehidupan manusia tak terkecuali di bidang pendidikan dan pengajaran. Pemerintah dewasa ini khususnya Kementrian Pendidikan Nasional berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan seperti yang telah digariskan dalam UU. SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 bahwa:
 “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[1]
Untuk mencapai tujuan tersebut maka pemerintah telah mengusahan peningkatan mutu pendidikan mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi. Selain itu, juga dilakukan usaha-usaha seperti penataran guru-guru bidang studi, pengadaan buku-buku paket, dan menambah sarana dan prasarana untuk kegiatan proses belajar mengajar.
Peningkatan mutu pendidikan sangat ditentukan oleh guru sebagai pendidik dalam pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan. Dengan kata lain guru menempati titik sentral pendidikan. Agar guru mampu menunaikan tugasnya dengan baik, maka terlebih dahulu harus memahami hal-hal yang berhubungan dengan proses belajar mengajar seperti halnya proses pendidikan pada umumnya. Dengan demikian peranan guru yang sangat penting adalah mengaktifkan dan mengefisienkan proses belajar di sekolah termasuk didalamnya penggunaan metode mengajar yang sesuai.
Penggunaan metode mengajar yang tepat, merupakan suatu alternatif mengatasi masalah rendahnya daya serap siswa terhadap pelajaran tertentu, guna meningkatkan mutu pengajaran. Penerapan suatu metode pengajaran harus ditinjau dari segi keefektifan, keefesienan dan kecocokannya dengan karakteristik materi pelajaran serta keadaan siswa yang meliputi kemampuan, kecepatan belajar, minat, waktu yang dimiliki dan keadaan sosial ekonomi siswa sebagai obyek. Sesuai yang dikatakan oleh Rostiyah bahwa :
“Setiap jenis metode pengajaran harus sesuai atau tepat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi untuk tujuan yang berbeda guru harus mengadakan teknik penyajian yang berbeda sekaligus untuk mencapai tujuan pengajarannya”.[2]
Salah satu metode yang diterapkan dalam melibatkan siswa secara aktif, guna menunjang kelancaran proses belajar mengajar adalah menggunakan metode resitasi. Dalam metode resitasi diharapkan mampu memancing keaktifan siswa dalam proses belajarn mengajar. Hal ini disebabkan karena siswa dituntut untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan harus dipertanggungjawabkan[3] Dalam keberhasilan proses belajar mengajar disamping tugas guru, maka siswa turut memegang peranan yang menentukan dalam pencapaian tujuan pendidikan. Sebab bagaimapun baiknya penyajian guru terhadap materi pelajaran, akan tetapi siswa tidak mempunyai perhatian dalam hal belajar maka apa yang diharapkan sukar tercapai. Menurut Slameto sebagai berikut :
“Agar siswa berhasil dalam belajarnya, perlulah mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tugas itu mencakup mengerjakan PR, menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku pegangan, tes/ualangan harian, ulangan umum dan ujian”.[4]
Pembelajaran dengan metode mengajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan akan meningkatkan motivasi belajar siswa. Sebagai contoh adalah pemberian tugas pada setiap akhir pelajaran dengan harapan aktifitas belajar siswa dapat ditingkatkan, sehingga prestasi belajar siswa dapat pula meningkat.
Pada peningkatan prestasi belajar siswa bukan hanya peran guru yang dibutuhkan tetapi siswa sendirilah yang dituntut peran aktif dalam proses belajar mengajar. Salah satu hal yang penting dimiliki oleh siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya adalah penguasaan bahan pelajaran. Siswa yang kurang menguasai bahan pelajaran akan mempunyai nilai yang lebih rendah bila dibandingkan dengan siswa yang lebih mengusai bahan pelajaran. Untuk menguasai bahan pelajaran maka dituntut adanya aktifitas dari siswa yang bukan hanya sekedar mengingat, tetapi lebih dari itu yakni memahami, mengaplikasikan, mensistesis, dan mengevaluasi bahan pelajaran.
Perlu disadari bahwa yang diharapkan oleh guru terhadap siswanya adalah bahan pelajaran yang diterima siswa dapat dikuasainya dengan baik. Olehnya itu, maka salah satu cara yang ditempuh adalah tugas yang diberikan oleh guru tidak hanya dikerjakan di kelas yang sempit dan terbatas oleh waktu, akan tetapi perlu dilanjutkan di rumah, di perpustakaan, di laboratorium dan hasilnya harus dipertanggung jawabkan.
B.     Pengertian Metode Dalam Pendidikan Islam
Perumusan tentang pengertian metode biasanya disandingkan dengan pengertian teknik, yang mana keduanya saling berhubungan. Metode pendidikan Islam adalah prsedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan berdasarkan atas asumsi tertentu tentang hakikat islam sebagai suprasistem. Sedangakan teknik pendidikan Islam adalah langkah-langkah konkret pada waktu seseorang pendidik melaksanakan pengajaran di kelas.[5]
Muhammad Athiyah al- Abrasyi mengartikan metode sebagai jalan yang dilalui untuk memperoleh pemahaman pada peserta didik. Abd al-Aziz mengartikan metode sebagai cara-cara memperoleh informasi, pengethauan, pandangan, kebiasaan berpikir, serta cinta kepada ilmu, guru, dan sekolah.[6]
Selain dari pendapat di atas, Ginting juga berpendapat bahwa metode secara umum diartikan sebagai cara melakukan sesuatu. Secara khusus metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumbernya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar.[7]
Dari beberapa pemdapat tentang pengertian metode di atas, maka dapat dikatakan bahwa penggunaan metode pendidikan Islam yang perlu dipahami adalah bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dan relevansinya dengan tujuan utama pendidikan Islam, yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah SWT.. Disamping itu, pendidik pun perlu memahami metode-metode instruksional yang actual yang ditujukan dalam Al-Qur’an atau yang dideduksikan dari Al-Qur’an, dan dapat memberi motivasi dan disiplin dalam belajarnya.
C.    Prosedur Pembuatan Metode Pendidikan
Langkah-langkah yang ditempuh oleh para pendidik sebelum pembuatan metode pendidikan Islam adalah memerhatikan persiapan mengajar (lesson plan) yang meliputi pemahaman terhadap tujuan pendidikan Islam, penguasaan materi pelajaran, dan pemahaman teori-teori pendidikan selain teori-teori pengajaran. Disamping itu, pendidik harus memahami prinsip-prinsip mengajar serta model-modelnya dan prinsip evaluasi, sehingga pada akhinya pendidikan Islam berlangsung dengan cepat dan tepat.
Prosedur pembuatan metode pendidikan Islam adalah dengan memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhinya yang meliputi:[8]           
1.      Tujuan pendidikan Islam                                                       
2.      Peserta didik
3.      Situasi
4.      Fasilitas
5.      Pribadi pendidik
Tidak selamanya satu metode selalu baik untuk saat yang berbeda-beda. Baik tidaknya bertgantung pada beberapa faktor yang mungkin berupa situasi dan kondisi, atau persesuaian dengan selera, atau juga karena metodenya sendiri yang secara intrinsik belum memenuhi persyaratan sebagai metode yang tepat guna, semuanya sangat ditentukan oleh pihak yang menciptakan dan melaksanakan metode juga objek yang menjadi sasarannya.
D.    Asas-asas Pelaksanaan Metode Pendidikan Islam
Asas-asas pelaksanaan metode pendidikan Islam pada dasarnya dapat diformulasikan sebagai berikut:[9]
1.      Asas Motivasi
Asas motivasi ini penting diciptakan oleh seorang pendidik sehingga seluruh perhatian peserta didik tertuju pada pelajaran yang sedang disampaikan di kelas. Upaya yang dapat dilakukan oleh seoang peserta didik adalah mengadakan selingan yang sehat, menggunakan alat-alat perasa yang sesuai dengan sifat materi,serta mengadakan kompetesi yang sehat dengan memberikan hadiah dan hukuman yang bijaksana.
2.      Asas Aktivitas
Dalam proses belajar mengajar pendidikan peserta didik harus diberikan kesempatan untuk mengambil bagian yang aktif, baik secara rohani maupun jasmani, terhadap pengajaran yang akan diberikan, secara individual maupun kolektif. Asas ini menghindari adanya verbalitas bagi peserta didik.
3.      Asas Apersepsi
Apersepsi adalah gejala jiwa yang dialami jika kesan baru masuk kedalam kesadaran seseorang yang berjalin dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki disertai proses pengelolaan, sehingga menjadi kesan yang lebih luas. Asas apersepsi bertujuan menghubungkan bahan pelajaran yang akan diberikan dengan apa yang telah dikenal oleh peserta didik.
4.      Asas Peragaan
Dalam asas ini pendidik memberikan variasi dalam cara-cara mengajar dengan mewujudkan bahan-bahan yang diajarkan secara nyata, baik dalam bentuk aslinya maupun tiruan sehingga peserta didik dapat mengamati dengan jelas dan pengajaran lebih tertuju untuk mencapai hasil yang diinginkan.
5.      Asas Ulangan
Asas yang merupakan usaha untuk mengetahui taraf kemajuan atau keberhasilan belajar peserta didik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, serta sikap setelah mengikuti pengajaran sebelumnya.
6.      Asas Korelasi
Dalam setiap pengajarn pendidik harus menghubungkan suatu bahan pelajaran dengan bahn pelajaran lainnya, sehingga membantuk mata rantai yang erat. Asas korelasi akan menimbulkan asosiasi dan apersepsi dalam kesadaran dan sekaligus membangkitkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran.
7.      Asas Konsentrasi
Asas yang memfokuskan pada suatu pokok bahasan maslaah tertentu dari keseluruhan bahan pelajaran untuk melaksanakan tujuan pendidikan serta memperhatikan peserta didik dalam segala aspeknya. Asas ini dapat diupayakan dengan memberikan masalah yang menarik seperti masalah yang baru muncul.
8.      Asas Individualisasi
Asas yang memperhatikan perbedaan individu, baik pembawaan dan lingkungan yang meliputi seluruh pribadi peserta didik, seperti perbedaan jasmani, watak, intelegensi, bakat serta lingkungan yang mempengaruhinya. Aplikasi asas ini adalah pendidik dapat mepelajari pribadi setiap peserta didik, terutama tentang kepandaian, kelebihan, kekurangan, dan memberi tugas sebatas dengan kemampuannya.

9.      Asas Sosialisasi
Asas yang memperhatikan penciptaan suasana social yang dapat membangkitkan semangat kerja sama antara peserta didik dengan pendidik atau sesame peserta didik dan masyarakat sekitarnya, dalam menerima pelajaran agar lebih berdaya guna dan berhasil guna.
10.  Asas Evaluasi
Asas yang memperhatika hasil dari penilaian terhadap kemampuan yang dimilik peserta didik sebagai feedback pendidik dalam memperbaiki cara mengajar. Asas evaluasi tidak hanya diperuntukkan bagi peserta didik, tetapi juga bagi pendidik, yaitu sejauh mana keberhasilannya dalam menunaikan tugasnya.
11.  Asas Kebebasan
Asas yang memberikan keleluasaan keinginan dan tindakan bagi peserta didik dengan dibbatasi atas kebebasan yang mengacu pada hal-hal yang positif. Asas ini mengandung tiga aspek, yaitu self-directednees, self-discipline, self-control. Asas ini menyarankan membuat keputusan-keputusan tentang tindakan seseorang didasarkan pada ukuran kabijakan, dan mampu membuat pilihan berdasarkan nilai-nilai pribadi, dan adanya pengarahan diri sehingga sitem kontrol diri berkembang.
12.  Asas Lingkungan
Asas yang menentukan metode dengan berpijak pada pengaruh lingkungan akibat interaksi dengan lingkungan. Walaupun peserta didik lahir dengan berbekal pembawaan, pembawaan itu masih bersifat umum yang harus dikembangkan melalui interaksi lingkungan, sehingga pembawaan dan lingkungan saling membutuhkan mengingat pembawaan merupakan batasan-batasan kemungkinan yang dapat dicapai dari lingkungan.
13.  Asas Globalisasi
Asas sebagai akibat pengaruh psikologi totalitas, yaitu peserta didik berinteraksi terhadap lingkungan secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tatpi juga secara fisik, social, dan sebagainya.
14.  Asas Pusat-pusat Minat
Pelaksanaan pusat-pusat minat dalam islam dengan ruang lingkup terdiri dari bahan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia terhadap alam semesta.
15.  Asas Keteladanan
Pada fase tertentu peserta didik memiliki kecendrungan belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang di sekitarnya. Khusus pada pendidik, asas keteladanan efektif digunakan pada fase-fase ini.
16.  Asas Pembiasaan
Pembiasaan merupakan upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan peserta didik. Upaya pembiasaan sendiri dilakukan mengingat manusia mempunyai sifat lupa dan lemah.



E.     Bentuk Metode dan Teknik Pendidikan Islam
Perwujudan dari strategi pendidikan Islam dapat dikonfigurasikan dalam bentuk metode pendidikan yang lebih luasnya mencakup pendekatan (approach)-nya.
Adapun bentuk-bentuk metode pendidikan Islam yang relevan dan efektif dalam pengajaran ajaran Islam adalah:[10]
1.      Metode diakronis
Suatu metode pengajaran ajaran Islam yang menonjolkan aspek sejaran. Metode ini memberi kemungkinan adanya studi komparatif tentang berbagai penemuan dan pengambangan ilmu pengetahuan, sehingga peserta didik memiliki pengetahuan yang relevan, memiliki hubungan sebab-akibat atau kesatuan integral. Wilayah metode ini lebih terarah pada aspek kognitif.
2.      Metode Sinkronis-Analitis
Suatu metode pendidikan Islam yang memberi kemampuan analisis teoritis yang sangat berguna bagi perkembangan keimanan dan mental-intelek. Metode ini tidak semata-mata mengutamakan segi pelaksanaan atau aplikasi praktis. Teknik pengajarannya meliputi diskusi, lokakarya, seminar, kerja kelompok dan sebagainya.



3.      Metode Problem Solving (Hill al-Musykilat)
Metode ini merupakan pelatihan peserta didik yang dihadapkan pada bebagai masalah suatu cabang ilmu pengetahuan dengan solusinya. Metode ini dapat dikembangkan melalui teknik simulasi, micro-teaching.
4.      Metode Empiris (Tajribiyah)
Suatu metode pengajaran yang memungkinkan peserta didik mempelajari ajaran Islam melalui proses realisasi, aktualisasi, serta internalisasi norma-norma dan kaidah Islam melalui proses aplikasi yang menimbulkan suatu interaksi sosial.
5.      Metode Induktif (al-Istiqraiyah)
Metode yang dilakukan oleh pendidik dengan cara mengajarkan materi yang khusus (juz’iyah) menuju pada kesimpulan yang umum. Tujuan met ode adalah agar peserta didik bisa mengenal kebenaran-kebenaran dan hukum-hukum umum setelah melalui reset.
6.      Metode Deduktif
Metode yang dilakukan oleh pendidik dalam pengajaran ajaran Islam melalui cara menampilkan kaidah yang umum kemudian menjabarkan dengan berbagai contoh masalah sehingga menjadi terurai.
Realisasi dari metode pendidikan Islam di atas dapat diaplikasikan dengan cara-cara praktis yang disebut dengan teknik pendidikan Islam. Adapun teknik-teknik pendidkan Islam adalah:[11]
1.      Teknik Periklanan (Al-Ikhbariyah) dan Teknik Pertemuan (Al-Muhadharah).
Untuk merealisasikan teknik ini, dapat digunakan model-model sebagai berikut:
a.       Teknik ceramah (lecturing/al-Mawidha)
b.      Teknik Tulisan (Al-Kitabah)
2.      Teknik Dialog (Hiwar)
Untuk merealisasikan teknik tersebut, dapat digunaka model sebagai berikut:
a.       Teknik tanya jawab (Al-As’ilah wa Ajwibah)
b.      Teknik Diskusi (Al-Niqasy)
c.       Teknik bantah-batahan (Al-Mujahadah)
d.      Teknik brainstorning (Sumbang Saran)
3.      Teknik Bercerita (Al-Qishash)
4.      Teknik Metafora (Al-Amtsal)
Teknik metafora dapat direalisasikan melalui bentuk-bentuk sebagai berikut:
a.       Simbolisme verbal
b.      Teknik karyawisata (Al-Rihlah Al Ilmiyah)
5.      Teknik Imitasi (Al-Qudwah)
Untuk merealisasikan teknik imitasi dapat digunakan bentuk-bentuk teknik sebagai berikut:
a.       Teknik uswatun hasanah
b.      Teknik demontrasi dan dramatisasi (At-Tathbiq)
c.       Teknik permainan dan simulasi (Game and Simulation)
6.      Teknik Drill (Al-Mumarasah Al-Amal)
Bentuk teknik drill dapat direalisasikan dengan bentuk bentuk teknik sebagai berikut:
a.       Teknik inquiry (kerja kelompok)
b.      Teknik discovery (penemuan)
c.       Teknik micro teaching
d.      Teknik modul belajar
e.       Teknik belajar mandiri (independent study)
7.      Teknik Pengambil Pelajaran Dari Suatu Peristiwa (Ibrah)
Untuk merealisasikan teknik ibrah ini dapar digunakan bentuk-bentuk teknik sebagai berikut:
a.       Eksperimen
b.      Teknik penyajian kerja lapangan
c.       Teknik penyajian secara kasus
d.      Teknik penyajian non-directive
8.      Teknik Pemberian janji dan ancaman (Targhib Wa Tarhib)
Teknik targhib dan Tarhib dapat berbentuk teknik-teknik sebagai berikut:
a.       Teknik pemberian bimbingan dan Ampunan
b.      Pemberian motivasi dan peringatan
c.       Teknik anugrah dan hukuman.
9.      Teknik Koreksi dan Kritik (Al-Tanqibiyah)
10.  Teknik Perlombaan (Al-Musabaqah)
Kemudian teknik yang digunakan pada materi bidang kebahasaan (linguistik) yang tepat digunakan adalah sebagai berikut:
a.       Teknik membaca
b.      Teknik dikte
c.       Teknik dialog
d.      Teknik mengarang
e.       Teknik hafalan
11.  Teknik Qawa’id (Pengajaran Berdasarkan Kaidah)
Teknik yang digunakan oleh seorang guru untuk menjelaskan kaidah-kaidah bahasa yang benar dan sesuai dengan caa peserta didik membaca atau menulis suatu bacaan.
Untuk lebih jelasnya lihat bagan berikut:
Ikhbariya wa muhadharah:
·  Al-mauidah
·  Al-kitabah
 
Pendekatan, Metode dan Teknik Pendidikan Islam
 






















F.     Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka daoat ditarik suatu kesimpulan bahwa metode sangat memegang peranan penting dalam pengajaran. Apapun model dan pendekatan yang digunakan dalam mengajar, maka harus difasilitasi oleh metode mengajar. Metode mangajar menurut Nana Sudjana metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.[12]
Dalam pengertian lain metode mengajar merupakan car-cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan. Dalam kegiatan mengajar makin tepat metode yang digunakan maka makin efektif dan efisien kegiatan belajar mengajar yang dilakukan antara guru dan siswa pada akhirnya akan menunjang dan mengantarkan keberhasilan belajar siswa dan keberhasilan mengajar yang dilakukan oleh guru. Karenanya guru harus memilih dengan tepat metode apa yang akan digunakan dalam mengajar dengan melihat tujuan belajar yang hendak dicapai, situasi dan kondisi serta tingkat perkembangan siswa.
Metode dalam mengajar berperan sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar. Dengan metode ini diharapkan terjadi interaksi belajar mengajar antara siswa dengan guru dalam proses pembelajaran. Interaksi belajar mengajar sering disebut juga dengan interaksi edukatif. Dalam interaksi edukatif baik siswa maupun guru menjalankan tugas dan peran masing-masing. Guru sebagai salah satu sumber belajar dan yang mengorganisir, menfasilitasi, serta memotivasi kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Sedangkan siswa melakukan aktivitas belajar dan memperoleh pengalaman belajar yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik dengan bantuan dan bimbingan dari guru.


Daftar Bacaan
Abdurrahman Ginting, 2008. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Humaniora,

Darwyn Syah, 2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gaung Persada Press

Imansjah Alipandie, 1984. Dedaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha Nasional

Muhammad Abd al-Qodir Ahmad, 1983. Thurug al-Talim al al-Lughah al Arabiyah. Libanon: Maktabah Amwiyah

Muhammad Fadhil al-Jamali, 1986. Filsafat Pendidikan Dalam Al-Qur’an, Surabaya: Bina Ilmu

Mahfudz Shalahuddin, 1987. Metodologi Pendidikan Islam,  Jakarta: Bina Ilmu.

Omar Muhammad al-Thaumi al-Syaibani, 1979. Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang

Ramayulis, 1990. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia

Rostiyah, N.K.. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bina Aksara
Slameto.. 1998. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit (SKS). Jakarta : Penerbit Bumi Aksara

Sudjana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Cetakan Kedua. Bandung: CV. Sinar Baru.
Tim Depag RI, 1981. Metode khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: DPPTAI

Tim Depag RI, 1984. Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, Jakarta: P3AI-PTU

UU . RI. No. 20 Tahun 2003, 2003. Sisdiknas, Jakarta: Cemerlang,
Zuhairini, dkk., Metode Khusus Pendidikan Agama, Suarabaya: Usaha Nasional, tt.





[1]UU . RI. No. 20 Tahun 2003, Sisdiknas, (Jakarta: Cemerlang, 2003), 3.
[2]Rostiyah, N.K.. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : PT. Bina Aksara. 1998), 2
[3] Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Cetakan Kedua. (Bandung: CV. Sinar Baru. 2002), 82
[4] Slameto.. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit (SKS). (Jakarta : Penerbit Bumi Aksara, 1998), 88
[5]Tim Depag RI, Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: P3AI-PTU, 1984), 157
[6] Omar Muhammad al-Thaumi al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), 551-552  
[7] Abdurrahman Ginting, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Humaniora, 2008), 42
[8] Mahfudz Shalahuddin, Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Ilmu, 1987), 24-25
[9] Tim Depag RI, Metode khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: DPPTAI, 1981), 97-105. Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), 96-110. Imansjah Alipandie, Dedaktik Metodik Pendidikan Umum, (Surabaya, Usaha Nasional, 1984), 16-41
[10] Tim Depag RI, Islam Untuk…., 151-159.
[11] Bagian ini disarikan dari beberapa kutipan buku, Abd. Al-Rahman al-Nahlawi, Ushul al Tarbiyah wa Asalibuha, (Bairut: Dar al-Fikr, 1979), 185-256. Muhammad Attiyah al-Abrasyi, Ruh al- Tarbiyah…., 271-288. Muhammad Abd al-Qodir Ahmad, Thurug al-Talim al al-Lughah al Arabiyah, (Libanon: Maktabah Amwiyah, 1983), 5-8. Zuhairini, dkk., Metode Khusus Pendidikan Agama, (Suarabaya: Usaha Nasional, tt.), 70-104. Muhammad Fadhil al-Jamali, Filsafat Pendidikan Dalam Al-Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1986), 20-48. Rostiyah NK, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), 68-93.
[12] Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), 133

1 komentar: