a.burastabs, a.burastabs:link, a.burastabs:visited {display:block; width:102px; height:30px; background:#444444; border:1px solid #ebebeb; margin-top:2px; text-align:center; text-decoration:none; font-family:arial, sans-serif; font-size:12px; font-weight:bold;color:#FFFFFF; line-height:25px; overflow:hidden; float:left;} a.burastabs:hover {color:#FFFFFF; background:#666666;} #burasbar {width:auto; margin:0 auto;}

Jumat, 27 Januari 2012

Jawaban UAS Psikologi Pendidikan Islam


Jawaban UAS Semester III
Psikologi Pendidikan Islam
NAMA           : MOHLIS
NPM               : 010. 04. 12. 2000
Dosen Pembina: Prof. Dr. H. Imam Bawani, MA
Universitas Muhamddiyah Surabaya
Program : Pascasarjana
 

1.      Pengertian Psikologi Pendidikan dan peranannya dalam sistem pendidikan
Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari dua definisi ini maka jelas fokus dari psikologi pendidikan adalah proses belajar mengajar.
Peranan psikologi pendidikan dalam sistem pendidikan:
Dalam proses belajar-mengajar dapat dikatakan bahwa ini inti permasalahan psikiologis terletak pada anak didik. Bukan berarti mengabaikan persoalan psikologi seorang pendidik, namun dalam hal seseorang telah menjadi seorang pendidik maka ia telah melalui proses pendidikan dan kematangan psikologis sebagai suatu kebutuhan dalam mengajar. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik”
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
2.      Motivasi menurut Maslow berdasarkan dari teori kebutuhan manusia.
a.       Menurut Maslow, ada lima macam kebutuhan manusia, kebutuhan pertama adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan ini merupakan komparasi kebutuhan fisiologis secara universal seperti makan, minum dan seksual. Yang kedua adalah kebutuhan rasa aman (safety or security needs).Kebutuhan tingkat tiga adalah kebutuhan social (social needs), seperti saling mencitai, saling memiliki, dan ingin diterima oleeh kelompoknya. Kebutuhan tingkat keempat  adalah kebutuhan harga diri (esteem or ego needs) dimana seorang itu  menginginkan keteguhan, stabilitas dan nilai yang lebih tingi untuk dirinya. Kebutuhan kelima menurut Maslow adalah kebutuhan aktualisasi diri (Actualization Needs). Kebutuhan terakhir ini akan terpengaruhi jika kebutuhan yang sebelumnya sudah terpenuhi karena kebutuhan ini menyangkut pada kemampuan merealisasikan apa yang didambakan.
b.      Setelah mengenal beberapa macam – macam motivasi yang bisa diberikan pada siswa, apakah motivasi itu bisa bermanfaat? Berikut adalah beberapa contoh pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar siswa:
o   Siswa akan lebih rajin belajar, sehingga mereka akan menyerap ilmu lebih banyak dan ini tentu mempengaruhi prestasi belajar mereka.
o   Siswa akan lebih disiplin, tidak hanya dalam hal jadwal belajar tapi juga disiplin dalam berbagai hal.
o   Pengaruh motivasi  terhadap prestasi belajar siswa yang lain adalah terjamnnya masa depan, karena adanya motivasi siswa akan giat belajar, dan hal itu membuat masa depan siswa menjadi lebih cerah, cita-citapun akan lebih mudah dicapai.
3.      Macam-macam teori pembelajaran dan aplikasinya dalam proses belajar mengajar:
a.       Macam-macam teori pembelajaran:
1)      Teori Belajar Behavioristik
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat.
2)      Teori Belajar Kognitif
Dalam bab sebelumnya telah dikemukan tentang aspek aspek perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
o   Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
o   Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
o   Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
o   Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
o   Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
3)      Teori Belajar Konstruktivisme
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompok dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.


b.      Contoh penggunaan teori pembelajaran dalam sistem pendidikan agama islam.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran secara umum dan hal ini juga dapat diterapkan dalam pembelajaran PAI adalah :
a.       Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
b.      Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c.       Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d.      Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
e.       Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

Jawaban UAS Manajemen Pendidikan Islam


Jawaban UAS Semester III
Manajemen Pendidikan Islam
NAMA           : MOHLIS
NPM               : 010. 04. 12. 2000
Dosen Pembina: Prof. Dr. H. Muhaimin, MA
Universitas Muhamddiyah Surabaya
Program : Pascasarjana
 

1.      Manajemen pendidikan islam
a.       Hakekat manajemen pendidikan islam
Manajemen Pendidikan Islam berdasarkan Al-Quran dan Hadis. Dasar ini menjadi pembeda dengan manajemen lain, manajemen di luar lembaga Pendidikan Islam hanya berdasarkan pemikiran para tokoh manajemen dan idiologi negara tempat lembaga itu berada. Sedangkan manajemen Pendidikan Islam tidak terkait dengan idiologi negara. Ketidakterkaitan manajemen pendidikan Islam dengan idiologi negara karena pada dasarnya manajemen Pendidikan Islam tidak mempunyai kaitan langsung, manajemen Pendidikan Islam menyatu dengan nilai nilai ajaran Islam itu sendiri. Dengan demikian dasar manajemen Pendidikan Islam tidak akan pernah bercampur dengan idiologi manajemen lain, karena semangat manajemen Pendidikan Islam berdasarkan Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad Saw. Di sisi lain, manajemen Pendidikan Islam lebih mengedepankanp kerjsama yang saling menguntungkan untuk mencapai tujuan bersama, karena kerjasama yang dilakukan berdasarkan nilai-nilai kebaikan yang barometernya adalah keridhoan Allah, yang akhir semua tujuan kerjasama tersebut adalah nilai takwa di sisi Allah swt
b.      Kritik terhadap LPI dalam keadaan sekarang
Selama ini orang berharap banyak terhadap pendidikan Islam. Lewat pendidikan itu, maka anak-anaknya selain menjadi cerdas, juga diharapkan memiliki akhlak yang baik. Atas dasar  itu, maka lembaga pendidikan Islam yang dikenal maju akan menjadi rebutan orang.  Banyak lembaga pendidikan Islam di perkotaan, sekalipun harus membayar mahal,   banyak  didatangi peminat. Bahkan akhir-akhir ini, ketika perguruan tinggi swasta  pada umumnya mulai kekurangan peminat, ternyata perguruan tinggi  swasta yang berbasis Islam  tetap bertahan.
Namun dibalik kepercayaan itu, harapan masyarakat terhadap pendidikan Islam, termasuk perguruan tingginya  dituntut memiliki kelebihan dibanding lembaga pendidikan lain pada umumnya. Masyarakat menginginkan agar nilai-nilai Islam yang selama ini dianggap ideal, berhasil mewarnai perilaku para guru/dosen, siswa/mahasiswa, dan lulusannya. Pada saat ini, masyarakat juga menyadari bahwa jenis lulusan apapun tidak selalu mudah mendapatkan lapangan pekerjaan. Keadaan itu diterimanya. Akan tetapi, masyarakat tidak mau lembaga pendidikan Islam gagal dalam membentuk perilaku atau akhlakul karimah.  Lembaga pendidikan Islam harus berhasil membangun perilaku mulia sebagaimana yang tergambar  pada  ajaran Islam itu sendiri.
c.       Harapan terhadap keberadaan LPI yang akan datang.
Agama dan pendidikan adalah dua hal yang satu dengan yang lainnya selalu berhubungan. Hal itu dikarenakan oleh keharusan saling mempengaruhi antara keduanya dalam sistem-sistem tertentu. Agama jika dihubungkan  dengan sistem pendidikan nasional pada dasarnya menjadi bagian dari kurikulum, seperti diungkap oleh M. Dawam Raharjo, karena agama dimaksudkan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya, dengan pertama-tama mengarahkan anak didik menjadi “manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”. Selain itu, hal yang paling fundamental dengan adanya Pendidikan Agama di sekolah adalah diharapkan lahirnya sosok-sosok yang benar-benar mampu memahami substansi agama itu sendiri sekaligus dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan yang di antara indikasinya adalah adanya kecenderungan  mengedepankan kedamaian, toleransi, keadilan dan kejujuran.
Harapan bahwa Pendidikan Agama Islam lebih dapat memainkan peranannya dalam mengatasi krisis-multidimensional yang dialami bangsa sedemikian kuat mengemuka dari masyarakat yang melihat secara kritis. Pendidikan Agama Islam diharapkan tidak sekedar memfungsikan dirinya sebagai pengajar masalah rukun iman dan Islam atau sekedar menjadi pembela kebenaran agama Islam sebagai agama yang paling diridai Allah saja. Namun lebih dari itu, Pendidikan Agama Islam seharusnya dapat memfungsikan dirinya untuk membawa peserta didik memahami substansi dari ajaran-ajaran Islam yang sesungguhnya yang tidak anti-realitas. Ketika substansi ajaran Islam belum terinternalisasikan dalam diri peserta didik maka pada dasarnya mereka adalah jiwa yang terdoktrin tanpa mengerti dan mampu mengaktualisasikan ruh ajaran Islam tersebut dalam berbagai dimensi kehidupannya.
d.      Langkah-langkah memperbaiki lembaga pendidikan islam.
Penyelesaian masalah mendasar tentu harus dilakukan secara fundamental. Itu hanya dapat diwujudkan dengan melakukan perombakan secara menyeluruh yang diawali dari perubahan paradigma pendidikan sekular menjadi paradigma Islam. Ini sangat penting dan utama.
Ibarat mobil yang salah jalan, maka yang harus dilakukan adalah : (1) langkah awal adalah mengubah haluan atau arah mobil itu terlebih dulu, menuju jalan yang benar agar bisa sampai ke tempat tujuan yang diharapkan. Tak ada artinya mobil itu diperbaiki kerusakannya yang macam-macam selama mobil itu tetap berada di jalan yang salah. (2) Setelah membetulkan arah mobil ke jalan yang benar, barulah mobil itu diperbaiki kerusakannya yang bermacam-macam.
Artinya, setelah masalah mendasar diselesaikan, barulah berbagai macam masalah cabang pendidikan diselesaikan, baik itu masalah rendahnya sarana fisik, kualitas guru, kesejahteraan gutu, prestasi siswa, kesempatan pemerataan pendidikan, relevansi pendidikan dengan kebutuhan, dan mahalnya biaya pendidikan.
Solusi masalah mendasar itu adalah merombak total asas sistem pendidikan yang ada, dari asas sekularisme diubah menjadi asas Islam, bukan asas yang lain.
Bentuk nyata dari solusi mendasar itu adalah mengubah total UU Sistem Pendidikan yang ada dengan cara menggantinya dengan UU Sistem Pendidikan Islam. Hal paling mendasar yang wajib diubah tentunya adalah asas sistem pendidikan. Sebab asas sistem pendidikan itulah yang menentukan hal-hal paling prinsipil dalam sistem pendidikan, seperti tujuan pendidikan dan struktur kurikulum.
e.       Langkah-langkah operasional.
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
2.      Pengelolaan lembaga pendidikan islam modern
Untuk menghindari permasalah yang ada dalam manajemen pendidikan islam dari arah dakwah menjadi arah bisnis adalah yag pertama adalah harus disusun rencana pelaksanaan kurikulum secara disiplin dan tepat sasaran sehingga tidak terjadi tumpang tindih, dan hal yang paling penting adalah sebagai pengelola pendidikan, maka harus juga diperhatikan kesejahteraan para pendidik karena hal itu akan meningkatkan motivasi kerja para pendidik dan juga sebagai pengelola pendidikan harus lebih transparan dalam pengelolaan keuangan, dengan langkah hal seperti itu akan memupuk kepercayaan terhadap lembaga pendidikan islam yang ada. Kemudian daripada hal itu, lembaga pendidikan islam supaya mengalokasikan dana sesuai kebutuhan dan seminimal mungkin sehingga tidak akan terjadi pembengkakan dalam pengelolaan keuangan dan orientasi pengajaran bukan pada tataran bisnis tetapi dalam rangka mencerdaskan para siswa secara maksimal.
3.      Perubahan manajemen pendidikan islam.
a.       Manajemen pendidikan era industri dan era reformasi:
Karakteristik manajemen pendidikan islam era industri:
1)      Unsur proses arti seorang manejer dalam menjalankan tugas manajerial harus mengikuti prinsip graduasi yg berkelanjutan.
2)      Unsur penataan arti dalam proses manajemen prinsip utama adl semangat mengelola mengatur dan menata.
3)      Unsur implementasi arti setelah diatur dan ditata dgn baik perlu dilaksanakan secara profesional.
4)      Unsur kompetensi. Arti sumber-sumber potensial yg dilibatkan baik yg bersifat manusia maupun non manusia mesti berdasarkan kompetensi profesionalitas dan kualitasnya.
5)      Unsur tujuan yg harus dicapai tujuan yg ada harus disepakati oleh keseluruhan anggota organisasi. Hal ini agar semua sumber daya manusia mempunyai tujuan yg sama dan selalu berusaha utk mensukseskannya. Dengan demikian tujuan yg ada dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas dalam organisasi.
6)      Unsur efektifitas dan efisiensi. Arti tujuan yg ditetapkan diusahakan tercapai secara efektif dan efisien.

Karakteristik manajemen pendidikan islam era reformasi:
Adapun karakteristik manajemen pendidikan islam era reformasi adalah meliputi  :(1)  Menganalisis  fungsi  dan  peran lembaga  pendidikan,  (2)  Menetapkan  visi  dan misi, (3) Mencari kesenjangan yang muncul antara apa yang telah dihasilkan dengan kebutuhan dan harapan  masyarakat,  (4) Mengevaluasi  respon masyarakat terhadap layanan pendidikan yang diberikan,  (5) Mencermati  dan  menganalisa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (6) Menyikapi  problem yang dihadapi masyarakat untuk  mencarikan  solusi  lewat  kegiatan akademis, (7) Menganalisis    kebutuhan kompetensi  SDM  masa  depan,  (8) Mengatur strategi   dan   kegiatan   preventif   dalam menghadapi persoalan masa depan, (9) Menganalisis dan memberdayagunakan pihak- pihak  terkait  dalam perencanaan, proses, hasil dan feedback, (10).  Menentukan strategi pencapaian tujuan.
b.      Lembaga pendidikan islam sekarang sudah menerapkan paradigm baru, karena lembaga pendidikan islam yang awalnya tidak pernah menerapkan ilmu yang sifatnya keduniawian atau lebih dikenal dengan istilah ilmu umum, tapi akhir-akhir ini lembaga pendidikan seperti pondok pesantren sudah menyerap sistem tersebut sehingga lembaga pendidikan islam sekarang sudah mengalami kemajuan lebih baik dari pada masa atau era industri.